Minggu, 21 Januari 2018

Perpanjangan SKCK di Polres Pacitan

Beberapa tahun yang lalu, saya telah memposting mengenai cara mengurus SKCK untuk pertama kalinya di blog ini juga. Kali ini, saya akan menulis mengenai cara memperpanjang SKCK yang telah habis masa berlakunya. Masa berlaku SKCK adalah sekitar 6 bulan, dan saya memerlukan SKCK lagi untuk melamar pekerjaan setelah kontrak saya di perusahaan yang terdahulu habis.

Tidak peduli telah kadaluarsa berapa lama, kalau kita sudah pernah membuat SKCK, maka statusnya adalah perpanjangan. SKCK terakhir saya sebelum diperbarui ini masa berlakunya adalah September 2016, jadi kurang lebih setahun setelahnya saya baru mengurus perpanjangan. Dan itu tidak masalah.

Apa saja syarat untuk mengurus perpanjangan SKCK ini?

  • SKCK lama
  • Fotokopi KTP
  • Fotokopi KK
  • Fotokopi akte kelahiran (bisa diganti dengan surat pengantar dari desa)
  • Pasfoto 4x6 
Prosesnya hampir sama dengan pembuatan SKCK untuk pertama kali, yaitu dengan mengisi formulir-formulir yang diperlukan. Bedanya, kita tidak perlu lagi melakukan rumus sidik jari karena sudah ada di SKCK yang sebelumnya. Bedanya lagi, harga perpanjangan ini telah naik dari Rp 10.000,- menjadi Rp 30.000,- ahahahaha. Setelah SKCK jadi, saya kembali melakukan legalisir untuk mengantisipasi bila suatu saat akan diperlukan. Begitulah, prosesnya seharusnya singkat. Namun karena saya tidak tahu kalau membutuhkan fotokopi akte kelahiran, saya sempat bolak-balik Polres - rumah :D

Senin, 25 Desember 2017

Should I Take A Journey : Malang to Leces, Probolinggo

Liburan tahun baru baru saja lewat. Tidak istimewa sebenarnya, karena tanggal 1 Januari 2017 berada di hari Minggu. Bagi sebagian orang yang cuti bersama di tanggal 2 (Senin), itu adalah long weekend. Bagi saya yang Senin tetap masuk seperti biasa, itu adalah weekend biasa. Awal minggu terakhir di bulan Desember 2016 saya jalani seperti biasa. Kerja, ngecekin medsos, bingung mau makan malam apa, gitu-gitu terus. Apalagi si dedek lagi pekan sunyi sebelum UAS, jadi dia pulang ke Pacitan dan Malang terasa agak sepi.

Suatu malam, entah hari Selasa atau Rabu, saya melihat status BBM teman saya, teman baik saya sejak kuliah, kalau dia sedang libur dan pulang kampung ke Leces, Kabupaten Probolinggo. Ide untuk mengunjunginya tiba-tiba muncul, karena saat saya ke Jogja kemarin tidak bisa ketemu sama dia. Langsung saya utarakan, dan dia menyambut baik ide itu. Anggi, begitu saya biasa memanggilnya, bilang siap menampung saya di rumahnya. Weekend adalah satu-satunya pilihan karena libur saya memang cuma itu :D


Sabtu pagi, sekitar pukul 8.00, saya ke terminal Arjosari yang lokasinya cukup dekat dengan kos saya. Naik motor 5 menit juga sudah sampai. Motor kemudian saya titipkan di penitipan motor 24 jam yang ada banyak di sekitar terminal. Parkir menginap, tentu saja. Bayarnya sekitar Rp 10.000,- (saya lupa tepatnya. Kelamaan sih bikin ini tulisannya). Sebelumnya, teman saya sudah menyarankan untuk naik bus patas jurusan Jember saja, daripada saya harus oper bus di terminal Probolinggo. Leces sendiri letaknya memang di Kabupaten Probolinggo, sementara Terminal Bayuangga masuk di Kota Probolinggo. Jadi ada dua pilihan, naik bus Malang - Probolinggo, kemudian ganti bus jurusan Surabaya untuk ke Leces, atau langsung menggunakan bus patas Malang - Jember tapi turun di Leces. Mengingat saya jarang sekali main jauh pakai kendaraan umum sendirian, teman saya menyarankan yang kedua. Mungkin dia takut saya kesasar atau hilang hahaha.

Saya sedikit bingung untuk memilih bus, kemudian setelah beberapa teriakan dari para kondektur akhirnya saya naik ke bus patas NNR jurusan Jember. Tidak lama, bus berangkat. Saat membayar tiket, saya ikut harga ke Jember karena Leces berada di antara Probolinggo dan Jember. Rp 60.000,- seingat saya. Jika cuma sampai terminal Probolinggo, harganya + Rp 30.000,-. Saya duduk di samping seorang ibu yang mau ke Jember. Ibunya baik, banyak bercerita yang bisa dipetik hikmahnya. Saya cuma sempat tidur sebentar. Bus ini di terminal Probolinggo cuma berhenti sebentar, tidak ngetem, lalu melanjutkan perjalanan.

Foto 1. Tiket Bus AKAS NNR

Menurut ayah saya, buku tulis dari Pabrik Kertas Leces dulu cukup terkenal, seperti buku tulis Sinar Dunia sekarang ini. Saya turun di halte bus dekat Pabrik Kertas Leces (yang sekarang sudah gulung tikar) sesuai dengan saran Anggi, supaya mudah untuk dijemput. Anggi datang menjemput saya dengan motor Beat pinkeu. Ternyata rumah Anggi masih agak masuk dari jalan besar, tepatnya di Perumahan Leces Permai. Kedatangan saya disambut hangat, anggap saja rumah sendiri, begitu. Akhirnya saya bertemu langsung dengan Papa, Mama, adiknya Anggi (Ilman) dan sepupunya yang sudah sering saya dengar dari cerita Anggi. Daerah rumah Anggi cukup ramai dengan tetangganya yang lalu lalang. Sore hari, Ilman bermain ke lapangan naik sepeda, seperti umumnya anak-anak. Yah lumayanlah, saya jadi merasakan rumah (orang lain) setelah biasanya jadi anak kos (yang sebenarnya pulang hampir tiap bulan). Sore itu juga sempat ngobrol-ngobrol sama papanya Anggi sambil duduk-duduk di halaman yang teduh.

Foto 2. Gerbang Pabrik Kertas Leces

Malam harinya, kami bermaksud buat bakar-bakar berhubung lagi malam tahun baru Masehi. Ternyata nyalain apinya susah banget hahaha. Akhirnya cuma 2-3 buah jagung yang dibakar pake arang, sisanya pake teflon di dapur. Paling tidak dapat spirit tahun barunya lah ya :D Malamnya, saya tidur sama Anggi. Sempat nonton 1 Night 2 Days satu episode, kemudian kami tidur. Acara besok? Anggi ingin mengajak saya ke BJBR, tapi kalau di rumah, Anggi tidak diizinkan bawa motor jauh-jauh, sementara BJBR (Bee Jay Bay Resort) berada di Pelabuhan Mayangan, Kota Probolinggo. Akhirnya saya tidak terlalu memikirkan hal tersebut, yang jelas besok itu saya harus sudah kembali ke Malang karena lusa masuk kerja.

Pagi hari pertama di tahun 2017, akhirnya Anggi diizinkan untuk mengantar saya ke BJBR sekaligus ke terminal untuk pulang, tapi kami tetap harus naik angkutan umum hahaha. Kami berjalan kaki dari rumah Anggi ke jalan besar (Jalan Raya Leces), jaraknya sekitar 500 meter. Saya melewati sekolah Anggi dulu, yaitu TK-SD-SMP-SMA Taruna Dra. Zulaeha. Sekolah ini sebenarnya merupakan bagian dari Pabrik Kertas Leces dan tetap berjalan meskipun pabriknya sudah berhenti beroperasi karena dikelola oleh Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Keluarga Kertas Leces. Sekolah ini tergolong sekolah yang bagus di Probolinggo karena muridnya tidak hanya dari karyawan Pabrik Leces tapi ada siswa-siswa dari Kota Probolinggo juga. Dari cerita papanya Anggi kemarin, lulusan SMA Taruna Dra. Zulaeha tersebar di perguruan-perguruan tinggi top di dalam dan luar negeri. Wow.

Foto 3. Papan Nama Sekolah Taruna Dra. Zulaeha

Kami menunggu bus ke terminal di pinggir jalan. Bus-bus jurusan Surabaya banyak yang lewat, akhirnya kami naik ke bus Ladju dan berhenti di Terminal Bayuangga. Biayanya cuma Rp 5.000,- dengan perjalanan sekitar 10 menit. Lalu bagaimana caranya kami ke BJBR? Naik angkot. Ini pertama kalinya buat saya (sungguh memalukan), karena saya biasa naik motor ke mana-mana. Kami mencari angkot yang rutenya melewati Pelabuhan. Ada, kode F atau G saya lupa. Tapi masih kosong, jadi ngetemnya cukup lama. Setelah ada dua penumpang lagi selain kami berdua, angkot pun berangkat.

Foto 4. Dalam Angkot yang Melaju :D

Ternyata eh ternyata, si angkot ini nggak nganter sampai pelabuhan, cuma sampai di sebuah perempatan di mana banyak becak yang mangkal. Saya sedikit ragu untuk memakai satu becak untuk 2 orang, soalnya saya merasa kami berdua ini cukup berat hahaha. Kebetulan pak becaknya juga kelihatan sudah tua. Tapi karena Anggi bilang tidak apa-apa, akhirnya saya ikut naik. Eh baru mau naik, kami sudah hampir numplek karena posisi becaknya masih belum masuk ke jalan sepenuhnya, bagian belakang masih agak di pinggir jalan yang tanahnya lebih tinggi dari jalan. Saya sudah parno, tapi akhirnya kami berangkat juga dengan si bapak yang mengayuh pelan-pelan. Kejadian kedua adalah ketika melewati rel kereta api, mungkin si bapak kurang kuat memegang setir (?) becaknya, jadi tempat penumpangnya belok ke kiri dengan cepat ( istilah Jawa saya : monting), semacam mau jatuh juga. Astaghfirullah, deg-degan banget. Teratasi, kami jalan lagi. Pelan-pelan. Nah, di pertigaan tepat sebelum pintu masuk Pelabuhan Mayangan. ternyata macet berat. Becaknya nggak akan bisa masuk. Akhirnya saya dan Anggi memutuskan untuk jalan kaki saja dari situ.

Foto 5. Perjalanan ke Pelabuhan menggunakan becak

Maafkan kami yang berat ini pak

Setelah berjalan kaki sejauh kurang lebih 1 km, kami sampai di gerbang pelabuhan Mayangan. BJBR berada di dalam kompleks pelabuhan ini, berjalan sedikit dari gerbang pelabuhan tadi dan pintu masuk BJBR ada di kanan jalan. Tahun baru, berarti peak session. Harga tiket sedikit lebih mahal dari biasanya. Kami mendapatkan gelang plastik dan kalender 2017.

Foto 6. Tiket BJBR

Kami memilih untuk masuk ke kawasan mangrove terlebih dahulu.

Foto 6. Suasana Hutan Mangrove

Foto 7. Ada beginian, buat apa sih?
\
Semacam lounge. Di dalam area mangrove ini ada cottage-cottage. Kami haus, beli es krim. Mahal bos.

Wisata mangrove ini lebih ke wisata jalan-jalan saja, tidak begitu banyak attraction khusus. Setelah hampir menuju pintu keluar, barulah terlihat beberapa attraction yang sepertinya cukup menarik, tapi kami cukup melihat saja karena RAME BANGET. Menikmati pemandangan saja sudah cukup menyegarkan buat kami. 

Wahana Perahu Keliling
Tulisan I <3 BJBR yang rame banget


Toko Oleh-oleh


Area Gembok Cinta. Terjawab sudah pertanyaan saya di Foto 7 :D



Pintu Keluar area mangrove

Ada yang unik lagi! Masjid di tengah lautan. Wow! Keren ya! Tapi karena terlalu jauh, dan kami lihat juga ramai sekali, kami memutuskan untuk sholat di luar lokasi BJBR saja. Anggi mengusulkan untuk sholat dan istirahat di Masjid Agung Kota Probolinggo saja, sekalian jalan-jalan kan di alun-alun. Okelah, saya setuju.

Masjid di tengah laut. Unik!

Keluar dari area mangrove, terdapat semacam taman dengan bola dunia yang jadi ikonnya BJBR. Ada kolam renang berpancuran yang kebanyakan diisi sama bocah-bocah, ada area food court juga. Ada spot-spot yang asyik buat foto-foto. Lumayanlah.





Puas menikmati BJBR (yang semakin panas), kami kembali berjalan kaki ke luar. Lepas dari area pelabuhan Mayangan, sebenarnya kami berniat mencari becak lagi, namun yang pertama kali kami temui adalah becak motor (bentor). Malah enak sih haha, nggak khawatir bakalan njomplang lagi kan ya. Saya akan langsung pulang ke Malang, namun Anggi mengajak saya untuk sholat dan makan dulu di sekitar alun-alun Probolinggo (yang berseberangan dengan Stasiun Kota Probolinggo). Baiklah, saya manut saja.

Bye BJBR! Bye Pelabuhan Mayangan!

Bentor yang mengantar kami tidak berani menurunkan kami di dekat Masjid Agung, karena takut sama polisi (fyi bentor memang sering dirazia karena dia adalah motor yang dimodifikasi jadi becak bermotor). Tidak apa, akhirnya kami jalan dulu untuk makan Bakso Stasiun, yang kiosnya di pojokan Stasiun Probolinggo. Enak banget sih. Pantas ramai sekali. 

Habis makan siang dengan bakso, saya dan Anggi sholat di Masjid Agung, sambil istirahat setelah sholat. Siap-siap lagi, kemudian jalan-jalan sebentar di alun-alun. Sayang sekali saya tidak ada proofshot karena laptop tempat saya memback-up foto-foto lama rusak dan tidak bisa direcovery hiks. Baiklah, jadi setelah jalan-jalan sebentar tadi, kami kembali naik angkot ke terminal bus. Sudah waktunya saya kembali ke Malang.

Berbeda dengan saat berangkat, kali ini saya naik bus Ladju. Harga tiketnya Rp 30.000,- untuk Terminal Probolinggo sampai Malang. Busnya ber-AC juga, namun sepertinya agak lebih tua dari bus NNR yang saya naiki saat berangkat. Anggi menunggu saya naik ke bus dulu, baru dia pulang kembali ke Leces.

Tiket bus Probolinggo-Malang

Sejujurnya, saya itu agak takut naik bus sendirian, saya lebih suka naik kereta. Mungkin karena di masa lalu HP saya pernah jatuh dan hilang di bus. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau bus itu juga termasuk angkutan yang cukup ramah di kantong bila dibandingkan dengan moda transportasi umum lainnya. Yang jelas, untuk kunjungan kali ini saya berterimakasih sekali kepada Anggi dan keluarga yang telah saya repotkan.



NB : Ketika saya mempost tulisan ini, ayah Anggi yang sempat ngobrol dengan saya telah dipanggil ke Rahmatullah. Jadi kunjungan kedua saya ke Leces adalah saat bertakziah ke tempat Anggi. Mohon doanya agar ayah Anggi diberikan tempat terbaik di sisi Alloh. Al-Fatihah.


Rabu, 15 November 2017

Indonesian Cover Lyrics : TVXQ - Rise

Indonesian Cover Lyrics adalah terjemahan lirik dalam bahasa Indonesia yang telah disesuaikan dengan lagu aslinya sehingga bisa dinyanyikan sesuai dengan musik dari lagu tersebut. 


Lirik Indonesia :

Senja merah terus mendaki langit, dan aku berlari
Hingga nafasku sampai dagu dan kuulur tangan tapi tak bisa meraihnya
Apa kau kecewa? Menganggap bahwa cahaya pudar itu
adalah akhir, dan bodohnya berpikir hari-hari yang terulang membosankan

Jika kau menyerah karena terlalu berat
Akankah kau bebas dari sakit yang menyiksamu?

Jangan takut untuk jatuh dan terlukai berulang kali di jalan tak berujung ini
Saat luka datang dan pergi, waktu akan datang dan mengobatimu
dengan memberikan kenangan yang baru

Saat kau tersesat di samudra luas
Kadang, kau terjebak dalam hujan dan angin
Sesekali setiap orang pasti ingin berlari dari hidup yang pengecut

Airmata yang jatuh saat kesulitan
Mereka akan kering menjadi kenangan

Meskipun kau berjalan dan terjatuh di kegelapan yang berduri, bangunlah lagi
Saat kau mendongak, waktu akan datang tanpa kesalahan
Bersinar terang di jalan yang tadinya berkabut tebal

Perlahan keajaiban yang hening terbit satu satu
Merasuk padamu sekali lagi

Meski kau jatuh di jalan tanpa akhir, jangan menangis, bangunlah
Saat kau mendongak, waktu ‘kan datang tanpa kesalahan
Bersinar terang di jalan yang tadinya berkabut tebal

Pasti ‘kan bersinar



Original Lyrics and Translation


Kamis, 12 Oktober 2017

Unfinished Story : Continue It Anyway

Time flies. Seakan baru kapan saya menulis tentang dimulainya hidup baru saya di kota ini, sekarang saya sudah bisa menulis tentang perubahan yang akan saya lakukan beberapa waktu ke depan.
Kontrak saya di kantor lama sudah selesai. Kenapa tidak dilanjut? Ada banyak alasan, termasuk karena kebijakan-kebijakan kantor yang saya rasa tidak sesuai dengan diri saya setelah bekerja di sana, karena itu saya memutuskan untuk tidak meminta perpanjangan kontrak kerja. Apakah saya merasa bebas sekarang? Sejujurnya tidak juga. Saya menyukai pekerjaan saya, teman-teman dekat yang seide di kantor, dan pembahasan K-pop atau K-drama yang sering saya lakukan dengan teman-teman kantor. 



Meskipun begitu, saya merasa ini adalah jalan terbaik yang harus saya ambil. Kenapa begitu? Karena 4 bulan sebelum kontrak saya habis, sebenarnya saya sudah berniat memperpanjangnya setahun lagi. Alasannya adalah karena saya menyukai pekerjaan saya, dan juga karena leader tim saya yang akan cuti melahirkan 3 bulan. Saya tidak ingin meninggalkan teman setim saya yang sudah sangat dekat dengan saya seolah sebatangkara (halah). Saya sudah melobi ibu saya yang sebenarnya kurang setuju untuk terus bekerja di sana karena menganggap Malang terlalu jauh dari rumah, dan beberapa alasan pribadi lainnya. Akan tetapi, sebuah kejadian mengguncang saya dan mengubah pikiran saya untuk memperpanjang kontrak. Awalnya saya masih ingin bertahan, tetapi kemudian sebuah lowongan kerja yang menarik (yang diinfokan oleh sepupu saya yang masih di Jogja) benar-benar mempengaruhi pertimbangan saya.

2 bulan lebih beberapa hari sebelum kontrak saya habis, saya menghadap HRD untuk menginformasikan bahwa saya tidak akan memperpanjang kontrak. Saya juga mulai mepersiapkan lamaran kerja untuk lowongan yang saya sebutkan di atas. Setelahnya, saya masih bekerja seperti biasa. Tidak lama kemudian ada informasi bahwa pemerintah membuka pendaftaran CPNS batch 1 untuk Kemenkumham dan Mahkamah Agung. Saya mencoba, toh syaratnya mudah dan tinggal upload online saja. Pengumuman lolos seleksinya pun tepat waktu, namun saya belum lolos. Meskipun begitu, harapan datang lagi dengan dibukanya pendaftaran CPNS batch 2 dengan lebih banyak formasi.

Pembukaan pendaftaran CPNS di saat kontrak saya hampir habis ini seperti sebuah penguat alasan kenapa saya tidak melanjutkan kontrak di tempat kerja saya sebelumnya. Saya tidak akan menjelaskan detailnya, hanya saja memang saya semakin merasakan ketidakcocokan di akhir-akhir waktu saya bekerja di sana. Maka, ketika akhirnya saya bangun di hari Senin dan tidak harus masuk kerja, saya merasakan aroma kebebasan, sekaligus bibit-bibit kecemasan yang coba saya biarkan mengering dulu. Bagaimanapun, kebebasan harus dinikmati terlebih dahulu kan?

Jalan saya masih panjang, masih ada banyak hal yang harus dilalui untuk menemukan ending yang paling tepat untuk kehidupan karir saya (ecieh). Apakah selama seminggu lebih tidak bekerja, hidup saya berubah banyak? Sama sekali tidak hahaha. Bedanya cuma di jam dulu saya bekerja, saya sekarang sering melakukan hal-hal yang tidak penting dan memperbanyak tidur. Saya masih makan siang bareng teman-teman kantor yang dari dulu memang sering makan bareng saya. Saat ini saya sedang mengusahakan beberapa hal, mungkin termasuk dirimu (iya, kamu itu). Masa depan saya belum bisa diprediksi, namun semoga semua akan berakhir bahagia untuk kita semua. 

Selasa, 10 Oktober 2017

Lolos Tahap Administrasi : Tenaga Kependidikan di Fakultas Geografi UGM

Menjelang habisnya kontrak saya di tempat kerja saya yang terakhir, saya mendapatkan informasi lowongan kerja Tenaga Kependidikan Tetap di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Saya tertarik, karena itu adalah almamater saya dahulu. Ada beberapa formasi yang dibuka untuk Fakultas Geografi, yaitu :
  1. Laboratorium Kartografi
  2. Laboratorium Kependudukan dan Sumber Daya Ekonomi
  3. Laboratorium Sistem Informasi Geografis
  4. Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan
Saya tentu saja memilih Laboratorium Kependudukan dan Sumber Daya Ekonomi, karena saat kuliah saya memang lebih konsen ke Geografi Manusia. Apalagi, saya juga pernah jadi asisten praktikum untuk matkul Geografi Penduduk, yang dilakukan di lab tersebut. Saya mulai menyiapkan syarat-syarat yang diminta, antara lain :

  1. Surat lamaran ditujukan kepada Rektor Universitas Gadjah Mada, dengan menyebutkan formasi yang dilamar;
  2. Scan KTP/identitas diri;
  3. Pas foto berwarna dengan ketentuan menghadap kedepan, wajah terlihat jelas, berpakaian formal;
  4. Scan ijazah asli;
  5. Scan transkrip nilai asli;
  6. Daftar riwayat hidup 
  7. Scan surat keterangan sehat jasmani dan rohani/jiwa dari Rumah Sakit Pemerintah minimal tipe C;
  8. Surat pernyataan diatas materai tidak pernah dihukum penjara, tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat;
  9. Surat pernyataan di atas materai bahwa bersedia mematuhi aturan proses rekrutmen yang berlaku di UGM

Format daftar riwayat hidup di poin (f) dan Surat Pernyataan Tidak Pernah Dihukum / Diberhentikan di poin (h) bisa diunduh di web, sementara untuk Surat Lamaran poin (a) dan Surat Pernyataan poin (i) saya melihat contoh-contoh yang ada di file-file lama saya jaman jadi jobseeker maupun di google. Syarat-syarat scan file di poin (b), (d), dan (e) tidak ada masalah. Foto berwarna saya memang sudah cukup lama, 2 tahun yang lalu ketika saya wisuda, karena itu saya berfoto ulang di sebuah studio kecil di Jl. L.A. Sucipto. Nanti mungkin saya akan foto ulang di studio yang lebih bagus hahaha.

Satu-satunya syarat yang perlu diusahakan adalah Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani di poin (g). Saya googling tentang caranya dan hampir menyerah untuk mencoba karena sepertinya tidak memungkinkan untuk mendapatkan surat itu. Surat Keterangan Sehat Jasmani dan Rohani harus diurus di hari dan jam kerja, dari pagi malah, sementara saya bekerja di hari kerja. Akan tetapi, pada suatu hari kepala saya pusing sekali saat bangun tidur, sehingga saya izin untuk tidak masuk kerja. Ternyata beberapa saat setelah saya rebahan, sakit kepala saya membaik, tapi saya sudah terlanjur izin untuk tidak masuk kerja. Akhirnya saya menguatkan diri untuk ke RS Saiful Anwar untuk memperoleh surat keterangan sehat (saat saya kondisinya kurang sehat). Saya wira-wiri mengurus surat itu masih dengan kepala cenat-cenut. Ajaibnya, saat tes ini tensi saya normal (110/80). Eh, malam harinya saat saya ke dokter untuk mengurus surat dokter untuk izin ke kantor, tensi saya 90/70. Itu termasuk rendah untuk saya yang biasanya memang di kisaran 100-110. Pantas saja kepalanya pusing terus. Oke cukup.

Semua berkas di atas diupload setelah kita membuat akun dan login di web Rekrutmen UGM seperti yang dikatakan di pengumuman awalnya. Saya kira cuma begitu saja. Tapi ternyata kita juga butuh scan ijazah dan transkrip saat SMA. Saya tidak punya, terpaksa saya meminta ayah saya di rumah untuk scan dan mengirimkannya via whatsapp (sungguh kecanggihan teknologi). Sudah diupload, tinggal menunggu pengumuman. Tidak ada jadwal yang pasti, jadi saya memantau web SDM UGM setiap hari.

Pengumuman lolos seleksi administrasi dilakukan sekitar sebulan (25 Agustus 2017) setelah penutupan pendaftaran (20 Juli 2017). Saya harus login lagi ke web Rekrutmen UGM, dan alhamdulillah lulus seleksi administrasi. Selanjutnya adalah Tes Kompetensi Bidang (TKB), namun jadwal pelaksanaan tesnya tidak langsung keluar. Seperti sebelumnya, saya memantau web SDM UGM tiap hari, dan jadwal TKB keluar tanggal 29 Agustus 2017. TKB dilaksanakan tanggal 9 September 2017.

Saat itu, saya cukup bingung, harus belajar apa untuk mempersiapkan TKB ini. Saya pikir mungkin sekitar tugas dan kegiatan laboran, secara yang saya lamar adalah posisi Laboran. Sama sekali tidak terpikir bahwa ketika tes dilakukan, soalnya berasal dari berbagai materi jaman kuliah juga. Ada soal statistik sederhana (modus median dll.) yang bikin saya langsung blank, kemudian ada soal SIG, dan soal-soal geografi ekonomi seperti GNP, GDP, soal mengenai penelitian, juga tugas pokok dan fungsi laboran. Sudah. Saya cuma bisa mengerjakan sebisanya. Sudah tidak enak ini feelingnya hahaha.

Rangkaian TKB masih terdiri dari tes kemampuan SPSS (saya masih bisa yeyyy) dan Spectrum (tidak pernah dapat materi ini saat kuliah, jadi saya nggak ngerti sama sekali cara bikin piramida penduduk pakai software ini). Selanjutnya adalah wawancara dengan dosen, dan saya kebagian diwawancarai oleh ibu Sri Rahayu Budiani. Cukup bikin bernostalgia, tapi saya juga tidak terlalu yakin dengan jawaban saya hahaha. Tes terakhir adalah membuat peta. Ada data jumlah penduduk yang perlu dimasukkan. Saya K.O. Benar-benar sudah lupa caranya. Akhirnya saya gradasi manual dan membuat legenda manual. Pokoknya kondisi saya sudah pasrah untuk kemungkinan terburuknya.

Pengumuman lulus seleksi TKB dilakukan tanggal 9 Oktober 2017, baru kemarin. Seperti perkiraan, saya tidak lolos hahahaha. Keinginan untuk bekerja di Jogja harus dipendam dulu. Baiklah, sudah waktunya untuk mengusahakan yang lain. Apalagi sekarang saya sudah resmi menganggur karena kontrak saya habis akhir September kemarin. Semoga saya segera bisa mendapatkan tempat yang tepat, aamiiiiiin.