Kamis, 29 September 2016

City of Dream : Malang. Man of Dream : Who?

Sebagaimana Jogja telah menjadi tempat yang istimewa setelah + 5 tahun yang saya habiskan di sana, Malang selalu memiliki tempat di hati saya. Sebelum akhirnya saya dikirim-Nya untuk kuliah di Jogja, universitas yang pertama kali saya inginkan adalah Universitas Brawijaya, di Malang. Saya ingat sekali, saya mendaftar jalur PMDK dan memilih prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Itu adalah seleksi masuk perguruan tinggi pertama yang saya lakukan. Belum rezeki. Mungkin nilai saya kurang memenuhi kualifikasi yang diinginkan. Saat itu, ketika nama saya tidak tercatat di antara nama-nama yang lolos seleksi, ibu saya menangis. "Kamu mau kuliah dimana nak? Jangan sedih ya," kata beliau sambil berurai airmata, padahal saya malah nggak nangis. Eh, saya menangis sih, sendirian di tengah malam tapi haha.

Seleksi masuk kedua yang saya ikuti adalah UTUL (Ujian Tulis) UGM. Jaman saya, SNMPTN merupakan seleksi terakhir dengan kuota yang paling sedikit, tidak seperti sekarang, jadi rata-rata memang ujian mandiri dulu. Kebalikan dengan sekarang. Pilihan pertama saya saat itu tetap Perencanaan Wilayah dan Kota (nekad yey), kemudian Geografi dan Ilmu Lingkungan, lalu Kehutanan. Alhamdulillah saya diterima di pilihan kedua saya, yaitu prodi Geografi dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Sesuatu yang akan saya syukuri seumur hidup saya, berada di sana dan bertemu dengan orang-orang yang berharga dalam hidup saya. Tapi itu cerita lain.

Balik lagi soal Malang, satu sahabat saya diterima di Universitas Negeri Malang, jadi bisa bayangkan betapa saya iri padanya saat awal-awal kuliah karena dia kuliah di Malang, kota yang saya inginkan, padahal saya sendiri kuliahnya di UGM. Hello, namanya juga cinta, logical reasoning mana jalan. Bukannya saya menganggap UGM lebih baik lho ya, tapi seharusnya saat itu saya lebih bersyukur bisa diterima di salah satu universitas terbaik negeri ini. Ketika akhirnya saya mulai betah dengan Jogja, saya kadang masih memikirkan Malang. Saya pernah mengunjungi Malang sekali saat saya masih kuliah, numpang di tempat teman saya tadi. Liburan. Tapi dia masih sibuk kuliah, jadi mainnya memang nggak total. 

Tahun terakhir saya kuliah (saat seharusnya saya sudah lulus), adik saya diterima di Universitas Brawijaya. Saya masih saja sedikit iri, padahal saya sudah mencintai Jogja. Habis itu kan mimpi lama saya! Setelah wisuda, saya mengalami banyak proses dalam mencari pekerjaan. Job fair ke job fair, website ke website, email ke email, surat lamaran ke surat lamaran, begitu-begitu terus selama hampir setahun. Saya pernah mengikuti dua buah job fair di Malang, satu di belakang MOG, satu lagi di Samantha Krida UB. Yah, walaupun sudah sempat main sih karena sudah ada adik saya hehe. Tetap belum rezeki. Ya sudahlah.

Tepat setahun setelah wisuda, saya ikut jadi pencacah lapangan (PCL) Sensus Ekonomi 2016 yang diadakan BPS. Saat itu saya stop dulu mengirimkan lamaran-lamaran kerja meskipun masih sering buka situs-situs lowongan kerja. Selesai itu, saya masih agak malas tulis-tulis lamaran lagi. Saya butuh istirahat. Menjadi pencari kerja itu melelahkan :)

Suatu hari di bulan Juli, sepertinya dini hari di hari terakhir Ramadhan, saya membuka situs jobstreet. Ada lowongan untuk Entry Data, di CV Indosoft, di Malang. Searching di google, sepertinya bukan perusahaan abal-abal. Akhirnya saya apply saja, meskipun kualifikasi pendidikan saya tidak sesuai. Jam 2 pagi. Menjelang sahur.

Siangnya, seperti layaknya hari terakhir puasa, kami serumah sibuk menyiapkan beragam hal untuk keesokan harinya a.k.a. Idul Fitri. Sekitar jam 11 siang handphone saya berdering, nomor yang tidak saya simpan. Ternyata dari CV Indosoft! Saya diminta datang untuk wawancara. Karena masih suasana libur, saya dijadwalkan wawancara minggu depan. Malang lho, Malang! Saya ingat, saat saya masih mencari kerja sana-sini, saya sempat nyeletuk, "Kuliahnya sudah di Jogja, nanti kerjanya di Malang saja". Kemudian harapan itu datang tanpa disangka.

Interview, tes payroll, di hari Senin. Menunggu pengumuman, katanya apabila diterima akan dikabari melalui telepon maksimal Jumat, 15 Juli 2016, jam 12 siang. Saya sampai tidak jadi ikut main teman saya karena takut kehilangan sinyal telepon. Lewat jam 12, tetap tidak ada telepon. Sisi hati saya sudah rela, tapi kok rasanya tidak lega bila tidak mendengar penolakannya secara langsung. Saya menelepon ke nomer telepon kantor yang pernah menelepon saya, dua kali karena HRD masih keluar. Akhirnya HRD-nya yang menelepon saya, mengatakan saya belum memenuhi kualifikasi. Saya berterimakasih. Penolakan seperti ini bukan hal yang baru buat saya :D

Takdir siapa yang tahu? Hari Senin berikutnya, tanggal 18 Juli 2016, nomor kantor itu menelepon saya lagi. Seperti sebuah keajaiban, "Masih mau bekerja di sini?". Saya mengiyakan, menjanjikan masuk 3 hari lagi karena saya perlu mencari kos. Selasa saya berangkat ke Malang, bermotor berdua dengan adik saya. Rabunya dapat kos. Kamis, 21 Juli 2016, saya masuk kerja untuk pertama kalinya. Meskipun statusnya masih pegawai training untuk 3 bulan ke depan, saya sangat bersyukur.



Hari ini, sudah lebih dari 2 bulan saya berada di sini, bekerja di sini, hidup di sini. Saya telah mulai mengenal jalanannya, makanannya, lalu lintasnya... Saya sudah mengunjungi beberapa tempat yang bagus. Memang belum tentu saya akan melanjutkan tinggal di sini untuk waktu yang lama kedepannya, tapi mimpi saya untuk hidup di sini, di Malang, telah tercapai. Kalaupun saya ditakdirkan untuk meninggalkannya lagi, saya akan dengan bangga mengatakan bahwa mimpi saya sudah pernah terwujud.

Saya menunggu 6 tahun untuk berada di sini, di kota impian saya. Berapa lama saya harus menunggu untuk pria impian saya? Tidak ada yang tahu. Memangnya dia siapa? Saya juga belum tahu. Mungkin kalau saya masih menggenggam harapan itu meskipun tidak seerat saat pertama kali memimpikannya, dia juga akan segera muncul dan mewujudkan dirinya. Alloh tahu jalan terbaik yang harus kami tempuh. Di suatu tempat, di galaksi ini, my cosmic love is rubbing his eyes, trying to figure out where he should go finding me)* ^^


)* inspired by Cosmic - Bada feat Ryeowook

Selasa, 05 Juli 2016

Indonesian Cover Lyrics : Homme (이현, 창민) – Ain’t no love (사랑이 아냐)

Indonesian Cover Lyrics adalah terjemahan lirik dalam bahasa Indonesia yang telah disesuaikan dengan lagu aslinya sehingga bisa dinyanyikan sesuai dengan musik dari lagu tersebut. 



Lirik Indonesia :

'Ku sudah tahu, tapi tak bisa menghentikan
Harapan adalah hal yang jahat juga menakutkan
Aku tak mendengarkan mereka menyuruhku berhenti
Saat 'ku membuka mata, kulihat hatiku hangus

*Yang terlalu sakit bukan cinta, kini aku tahu
Menangis sendiri bukan cinta, bukanlah cinta

**Katakanlah, aku ini apa
Kau pasti menganggapku bodoh
Kasihan sekali diriku

Tanpa impian, maka kau kujadikan mimpi
Mungkinkah itulah kenapa kamu tidak pernah jadi nyata
Kuharap aku tegar meskipun bertemu kamu

*Yang terlalu sakit bukan cinta, kini aku tahu
Menangis sendiri bukan cinta, bukanlah cinta

Udara tanpamu sangat aneh
Apa aku membencimu?
Bisakah diriku benci?

*Yang terlalu sakit bukan cinta, kini aku tahu
Menangis sendiri bukan cinta, bukanlah cinta

**Katakanlah, aku ini apa
Kau pasti menganggapku bodoh
Kasihan sekali diriku

Bukanlah cinta
Bukanlah cinta, kini
Bukanlah cinta


Original Lyrics and Translation


Senin, 08 Februari 2016

Indonesian Cover Lyrics : GFriend - Rough

Indonesian Cover Lyrics adalah terjemahan lirik dalam bahasa Indonesia yang telah disesuaikan dengan lagu aslinya sehingga bisa dinyanyikan sesuai dengan musik dari lagu tersebut. 


Lirik Indonesia :

Aku berjalan, tidak mendekati kamu
Aku berpaling meski aku suka kamu
Semakin aku mencoba mendekat,
Semakin jauh hati kita terpisahkan

Di sekitar tapi tak bertemu
Kita bagai garis paralel
Tidak mungkin, akhirnya kita ‘kan bersatu
Aku menunggu selamanya

Tidak bisa mengatakan, tapi aku suka kamu
Seperti mimpi-mimpi dan keajaiban
Jika aku bisa berlari melintasi waktu,
(Di dunia yang kejam) kugenggam tanganmu

Tidak bisa bersama, hanya berpapasan
Belum mampu bilang aku menyukaimu
Aku melihatnya, keraguanmu
Kita ternyata memang masih sangat muda

Celah ini tak akan terisi
Kita bagai garis paralel
Suatu hari, akan kuungkapkan padamu
Aku pasti datang untukmu

Tidak bisa mengatakan, tapi aku suka kamu
Seperti mimpi-mimpi dan keajaiban
Jika aku bisa berlari melintasi waktu,
(Di dunia yang kejam) kugenggam tanganmu

Meski kita terperangkap dalam waktu
Pada akhirnya kita akan bersama
Tolong kau tahu, ‘ku sungguh-sungguh
Walaupun belum siap

Tidak bisa mengatakan, tapi aku suka kamu
Seperti mimpi-mimpi dan keajaiban
Jika aku bisa berlari melintasi waktu,
(Di dunia yang kejam) kugenggam tanganmu

Berjanjilah kepadaku, kamu tak akan berubah
Selalulah tersenyum seperti sekarang
Jika aku bisa berlalu melewati waktu

(Di persimpangan jalan) kugenggam tanganmu